Kolom Opini: Fajar Muhammad S.
To me, the smell of fresh-made coffee is one of the greatest inventions. -Hugh Jackman
Kopi adalah satu hal, brand adalah hal lain. Tempat kita ngopi, brand-brand cafe tenar yang betebaran, tidak mencerminkan apapun tentang kualitas kopi, kecuali kita melakukan pencarian yang intens untuk mendapatkan kopi terbaik diantara brand-brand tersebut. Semua brand akan mengatakan kalau kopi mereka enak, tapi tidak banyak yang benar-benar menyuguhkan specialty coffee. Satu dari coffee shop yang berani keluar dengan mengusung konsep kopi yang kuat adalah Pikot cafe.
Nusantara adalah produsen kopi yang secara konsisten menghasilkan kopi-kopi terbaik dunia, untuk menikmatinya setidaknya ada tiga macam cara: traveling ke berbagai daerah penghasil kopi atau daerah yang memiliki akar budaya kopi yang kuat kemudian menikmati kopinya disana, yang kedua adalah nitip teman, baik itu yang sedang travelling ke daerah penghasil kopi ataupun yang tinggal disana, atau bisa juga beli melalui marketplace online yang saat ini sudah menjamur atau dengan cara ketiga: pergi ke café yang memiliki tradisi kopi yang kuat.

Photo by ariefpokto.com
Cara pertama sungguh adalah cara yang paling menarik dan asik, menikmati kopi terbaik di tempat asalnya berarti menikmati kopi beserta kebudayaannya sekaligus. Cara pertama ini adalah cara yang istimewa namun mensyaratkan dua hal penting: memiliki uang dan waktu yang cukup longgar. Berkeliling Indonesia jelas berbiaya tinggi, karena kebun-kebun kopi terbaik tersebar mulai dari aceh hingga kebun-kebun kopi organik suku Amungme di Papua, jika kita ingin mencicipi satupersatu kopi-kopi tersebut biayanya kan lumayan. Selain itu juga faktor waktu, ditengah aktifitas kita yang padat, mengalokasikan waktu mengunjungi daerah-daerah tersebut juga butuh usaha lebih, juga cuti kerja yang lebih. Pengalaman-pengalaman terbaik memang seringkali mahal.
Cara kedua sebenarnya cukup mudah, dan biayanya juga relatif murah serta tidak membutuhkan waktu yang banyak: nitip teman atau beli kopi di ecomerce. Jika kita terbiasa menyeduh kopi sendiri maka cara ini cocok, tapi jika kita tidak terbiasa menyeduh kopi maka akan sulit untuk bisa menikmati kopi dengan seduhan yang pas seperti yang diseduh oleh barista. Suasanapun akan terasa berbeda jika kopi itu dinikmati sendiri, tanpa obrolan hangat dengan teman.
Cara ketiga adalah cara yang paling praktis: pergi ke café yang memiliki tradisi kopi yang kuat, pesan ke mas-mas atau mbak-mbak barista lalu hidup dengan damai. Banyak café yang menjual kopi sebagai menu utama, namun sebenarnya tidak memiliki tradisi kopi yang kuat. Kopi yang disuguhkan adalah kopi alakadarnya: dikemas premium namun sebenarnya bukan kopi yang mantab. Bukan specialty kopi.

Photo by ariefpokto.com
Beberapa hari yang lalu seorang teman mengajak saya ngopi ke cibubur, sebuah café yang baru dibuka, namanya unik: Pikot Kopi. Pikot adalah akronim dari Pinggiran Kota, mewakili tempat café itu berada. Namun, walaupun tempatnya di pinggir kota, ternyata cafe ini asik. Pikot memiliki banyak spot yang instagramable, disisi luar sebelah samping, ada mural cantik diseluruh dinding, yang memiliki alur cerita mulai dari kopi ditanam, dipetik hingga diolah dan disajikan.
Selain mural di dinding, jendela kacanya juga instagramable, dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang artistik, yang membuat suasana café makin menarik.
Sisi sebelah luar café dibagi menjadi dua bagian, area depan yang terdiri dari meja-meja bundar yang diatasnya bergantungan pernak-pernik lampu cantik dari bambu, dan bagian samping yang dibuat seperti meja bar yang panjang. Untuk seorang penulis, meja ini bisa menjadi tempat favorit karena asik banget dipakai bekerja sendirian dalam diam.
Bagian dalam café tidak kalah asik. Para pemburu kenyamanan akan segera jatuh hati melihat bagian ini: ada meja dengan sofa nyaman, ada meja dan kursi yang tinggi, dan ada meja ala-ala café yang asik buat dipakai ngobrol sama teman. Selain nyaman, urusan colokan listrik juga oke, ada banyak colokan yang bisa dipakai, sehingga laptop ataupun handphone kita tidak khawatir kehabisan energi.
Bagi yang terbiasa menggunakan café sebagai kantor untuk menyelesaikan pekerjaan, Pikot adalah pilihan menarik: selain banyak colokan dan nyaman ternyata wifinya juga melaju kencang walaupun dipakai banyak orang.

Harga Ramah. Photo by benbernavita.com
Pikot café digawangi oleh dua anak muda pecinta kopi, yaitu Adam dan Hendro. Saat mampir ke sana saya sempat ngobrol-ngobrol dengan mereka berdua. Cerita yang saya dapat menarik, mereka bercerita tentang Third wafe coffee. Dalam perjalanannya, minuman kopi telah melewati fase ‘First Wave Coffee’, ‘Second Wave Coffee’, hingga ‘Third Wafe Coffee’.
First Wave Coffee merupakan fase ‘kopi untuk dikonsumsi’. Fase ini dimulai sebelum tahun 1960. Dalam fase ini perusahaan-perusahaan menemukan cara agar kopi bisa lebih mudah dinikmati, sehingga lahirlah berbagai kopi kemasan seperti nescafe, kapal api, dan brontoseno. Dengan kopi kemasan masyarakat dapat menikmati kopi dengan mudah dan praktis.
Fase kedua atau biasa disebut ‘Second Wave Coffee’ dipelopori oleh starbucks café, yang menyajikan berbagai jenis kopi dalam kemasan yang lebih premium. Dalam fase ini kopi espresso mulai lahir. Fase second wafe coffee ini juga sering disebut sebagai fase lahirnya coffee shop. Orang-orang mulai minum kopi dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Kopi-kopi model unyu-unyu seperti late, frappuchino, cappucino dll. muncul dalam fase ini.
Third Wafe Coffee mulai muncul sejak tahun 1990-an. Fase ini adalah fase apresiasi terhadap kopi. Para peminum kopi mulai diliputi kesadaran bahwa kopi memiliki perjalanan panjang sejak ditanam, dipanen hingga diolah dan disajikan kepada mereka. Para peminum kopi ini ingin tau kisahnya, kisah kopi yang mereka sesap. Dalam fase ini juga muncul istilah single origin, merujuk pada kopi yang memiliki identitas unik berdasarkan daerah ataupun kebun. Dalam fase ini juga muncul istilah specialty coffee, kopi istimewa kualitas tinggi. Specialty coffe adalah kopi yang mendapat penanganan khusus sejak dari penanaman, panen, proses pasca panen, hingga roasting.
Nah, Pikot adalah café yang mendeklarasikan diri sebagai generasi Third Wafe Coffee. Kopi yang disajikan di Pikot adalah kopi-kopi kelas satu dari berbagai daerah di Indonesia, yang diseduh dan disajikan oleh barista yang mencintai kopi.
2 comments
hihihi.
aku juga mau bahas tenyang second waves dan lainnya itu,
cuma ku enggak sanggup kemarin 🙁
karena sejujurnya hal itu menarik banget untuk aku yang baru paham banget mengenai kopi.
Alternatif baru tempat ngopi di pinggiran Jakarta dengan harg yang terjangkau. APakah kehadirannya akan memicu hadirnya usaha serupa di wilayah yang relatif pesaingnya rendah ini ?