Raksasa ojek online, Uber, akhirnya secara resmi menyerah di Asia Tenggara. Setelah berkali-kali menjadi pembicaraan akhirnya perusahaan asal amerika tersebut menjual semua asetnya kepada Grab dan menghentikan semua operasi mereka di Asia Tenggara.
Dilansir Bloomberg, kesepakatan tersebut akan memberikan Uber 25 hingga 30 persen saham dalam entitas bisnis baru yang akan dibentuk akibat pejualan seluruh aset mereka ke Grab. Kesepakatan ini mirip dengan struktur jual beli yang terjadi antara Uber dan Didi Chuxing di China pada tahun 2016 silam.
Belum ada pengumuman dan rilis yang disampaikan ke media oleh Grab maupun Uber, namun laporan Bloomberg menyatakan bahawa pengumuman resmi akan disampaikan pada hari senin pagi di Singapura.
Bagi Grab, kesepakatan ini adalah kemenangan besar. Akuisisi Uber ini akan meniadakan sebagian besar kompetitor mereka di Asia Tenggara, dan hanya menyisakan Go-Jek sebagai pesaing besar. Go-Jek sendiri merupakan pesaing yang tangguh di Indonesia, yang merupakan negara terbesar di Asia Tenggara. Namun Go-Jek belum pernah bertarung di kawasan internasional. Jika jadi Go-Jek diperkirakan baru akan memasuki Filipina tahun ini.
Gejala akuisisi ini sebenarnya sudah mulai tampak ketika pada awal bulan Grab melakukan penggalangan dana, enam bulan setelah mendapat investasi sebesar $2 miliar dari Didi Chuxing dan Softbank.
Penjualan Uber kepada Grab ini juga sekaligus penjualan semua aset dan failitas Uber, termasuk didalamnya layanan pengiriman makanan milik Uber. Penjualan ini juga memberikan indikasi kuat bahwa Uber hendak melakukan IPO dalam waktu dekat, sehingga mereka harus memangkas berbagai defisit dan membuat neraca keuangannya menjadi lebih baik.
Grab, yang memiliki lebih dari 86 juta unduhan aplikasi seluler, saat ini memberikan layanan di lebih dari 190 kota di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.