Setelah dilakukan uji laboratorium di Institut Pertania Bogor(IPB) Kepala Satgas Pangan Irjen Pol Setyo Wasisto memastikan bahwa isu telur palsu yang ramai di masyarakat hanya hoax semata. Telur yang dicurigai sebagai palsu tersebut ternyata asli.
“Sampaikan ke masyarakat, tidak ada lagi yang namanya telur palsu. Ini udah diuji di laboratorium IPB (Institut Pertanian Bogor),” ujar Setyo yang juga Kadiv Humas Polri, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, (16/3).
Setyo juga menjelaskan bahwa menjelang bulan Ramadhan ini isu telur palsu bisa mengganggu urusan kemanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
Ia menyayangkan merebaknya isu tersebut karena bisa membuat masyarakat ragu mengkonsumsi telur. Padahal, tingkat konsumsi masyarakat terhadap telur diketahui masih rendah. Menurut setyo saat ini rata-rata setiap orang Indonesia hanya mengonsumsi sekitar 10,44 kilogram telur per tahun.
“Kalau dihantam dengan isu telur palsu, masyarakat jadi ragu, akan menurunkan konsumsi per kapita. Juga akan menghantam industri peternakan ayam petelur. Yang rugi bangsa kita karena akan kekurangan protein,” kata Setyo.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif juga mengatakan hal serupa, menurut Syamsul, kemungkinan telur yang disebut palsu itu merupakan telur biasa yang sudah lama. Karena telur yang kelamaan disimpan akan berpengaruh pada kualitasnya. Tapi, ia juga menegaskan, telur lama sejatinya tidak berbahaya dikonsumsi selama tidak rusak.
Berbeda cerita apabila cangkang retak, ia menyebut, telur tersebut akan rentan terkontaminasi dengan bakteri dan virus. Dengan begitu, tidak layak untuk dikonsumsi.
“Makanya kita jangan simpan telur lama-lama lebih dari empat minggu. Nanti polisi lihat fenomena apa yang berkembang di masyarakat. Tapi saya tegaskan telur palsu itu enggak ada,” tegas Syamsul.