Sebagian besar entrepreneur memulai bisnisnya dengan optimisme. Sekecil apapun bisnisnya dimulai maka memulainya akan dengan optimisme yang besar. Kemudian daftar pekerjaan yang sempurna pun dibuat: launcing bisnis, merekrut karyawan, merekrut CEO, panen keuntungan, ekspansi usaha dan kemudian memiliki keleluasaan waktu.
Menurut Jayson DeMers, antusiasme dan optimisme ini yang kemudian membuat entrepreneur akhirnya melupakan beberapa fungsi penting dan kemudian mengambil alih semua fungsi tersebut. Tapi manajemen perusahaan sehari-hari adalah fungsi CEO, bukan entrepreneur, bukan? Jadi, apakah seorang pengusaha secara otomatis akan menjadi CEO yang baik?
Perbedaan CEO, Entrepreneur dan Manajer
Entrepreneur, CEO dan manajer adalah tiga istilah yang sering digunakan secara bergantian, karena banyak peran dan tanggung jawab di antara ketiga istilah ini yang saling tumpang tindih. Seorang entrepreneur, bagaimanapun, bertanggung jawab untuk membangun bisnis, seringkali dari ketiadaan alias dari nol, sementara seorang CEO bertanggung jawab menjalankan dan menumbuhkan bisnis begitu perusahaan itu sudah dibangun. Sementara itu istilah “Manajer” dapat menggambarkan siapa saja yang mengawasi orang lain.
Entrepreneur cenderung memiliki keterampilan yang terfokus untuk menghasilkan ide baru, mengajukan penawaran kepada investor dan membangun infrastruktur bisnis dengan sumber daya yang terbatas. Sementara keterampilan CEO berfokus pada pemeliharaan dan pertumbuhan dan pengembangan bisnis begitu usaha sudah terbentuk.
Keduanya sebenarnya memiliki beberapa persamaan, yaitu mengelola orang lain, mengelola pertumbuhan dan bertanggungjawab pada kehidupan sebuah bisnis. Tapi, di luar itu, Kamu mungkin sudah bisa melihat beberapa perbedaan penting dalamhal skill dan keterampilan yang dibutuhkan kedua istilah diatas.
Lalu bagaimana perbedaan tersebut dapat mempengaruhi dampak seorang Entrepreneur atau seorang CEO ketika dia memimpin sebuah bisnis?
Mari kita simak beberapa contoh kasus entrepreneur yang kemudian juga menjadi CEO berikut:
Ada banyak contoh sukses Entrepreneur-CEO. Di dunia saat ini, ada banyak contoh perusahaan yang pendiri aslinya menjadi CEO dan membawa kesuksesan besar bagi perusahaan mereka.
Ambil contoh Amazon misalnya, yang didirikan oleh Jeff Bezos di garasi rumahnya saat berusia 30 tahun. Hari ini, Bezos telah menghasilkan pendapatan tahunan sebesar $ 61,09 miliar. Bezos juga sekarang memiliki 97.000 karyawan dan dalam proses menjadi orang terkaya dunia mengalahkan Bill Gates.
Contoh lainnya? Pertimbangkan Larry Ellison – Seorang lulusan perguruan tinggi yang kemudian mendirikan Oracle tanpa banyak pengalaman – dan seseorang yang baru saja mengundurkan diri dari menjadi CEO pada tahun 2014. Jadi, memang ada beberapa contoh para pengusaha dapat menjadi CEO yang baik.
Entrepreneur tahu bisnis mereka secara mendalam. Will Schroter, pendiri dan CEO Startups.co, memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu setidaknya empat tahun bagi sebuah startup untuk menghasilkan momentum yang cukup untuk menjadi bisnis “nyata”, dan antara tujuh dan 10 tahun menjadi sebuah kesuksesan nyata.
Entrepreneur akan berada di dalam bisnis yang didirikannya untuk jangka waktu yang panjang. Ben Horowitz, dari Andreessen Horowitz, telah menjelaskan filosofinya bahwa Founder yang menjadi CEO lebih baik daripada CEO profesional yang direkrut karena mereka benar-benar berkomitmen terhadap kesuksesan jangka panjang perusahaan yang mereka dirikan tersebut.
CEO profesional, di sisi lain, ingin memimpin perusahaan yang sukses, dan jika mereka menemukan tawaran yang lebih baik, mereka mungkin cenderung untuk pergi. Founder yang menjadi CEO tidak ingin memimpin perusahaan manapun – mereka ingin memimpin perusahaan mereka sendiri, dan fakta itu membuat mereka lebih berkomitmen.
Tidak Semua Sependapat
Selanjutnya, bagaimana dengan argumen yang tidak setuju dengan pendapat bahwa Entrepreneur lebih cocok menjadi CEO dari pada mengangkan CEO dari luar?
Menurut pendapat ini Entrepreneur sering tidak memiliki pelatihan dan skill khusus terkait pengelolaan perusahaan modern. Sedangkan CEO biasanya perlu memiliki gelar bisnis, dan pengalaman bertahun-tahun dalam hal kepemimpinan dan manajemen. Seorang pengusaha dapat dengan mudah meluncurkan sebuah startup dan mendapatkan investor, namun seringkali tidak memiliki skill yang dibutuhkan untuk menumbuh kembangkannya.
Walaupun ada pengecualian, pengusaha seringkali tidak terampil, kurang fokus atau berpengalaman sebagai seorang CEO, yang tentu saja membuat mereka menjadi pemimpin yang kurang efektif.
Entrepreneur berjuang dengan perubahan dan pilihan sulit. Kelebihannya adalah pengusaha sangat bergairah dan antusias dengan gagasan mereka sendiri, tapi juga bisa menimbulkan konsekuensi negatif. Yakni, jika pengusaha terpaku pada visi asli dan tim orisinal mereka, mereka akan sering tidak peka terhadap perubahan yang dibutuhkan.
Menurut Noam Wasserman, penulis The Founder’s Dilemma, pada tahun ketiga startup, 50 persen founder tidak lagi menjadi CEO, dan pada tahun keempat, hanya 40 persen yang masih aktif. Kurang dari 25 persen dari mereka yang merupakan pendiri asli perusahaan mereka masih ada untuk memimpin perusahaan tersebut awal,