Kalau kamu karyawan yang melakukan dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting, mungkin tidak semua merupakan kesalahanmu. Sistem kerja di berbagai perusahaan kebanyakan memang berdasarkan pada konsumsi jumlah waktu, bukan efektifitas dan efisiensi pekerjaan.
Sebagian besar perusahaan memang menggunakan metode tersebut, bekerja mulai jam 8 atau 9 pagi dan berakhir pada jam 5 sore, dan karyawan-karyawan yang terjebak dalam sistem itu akhirnya banyak yang “menciptakan pekerjaan” untuk memenuhi waktu tersebut. Berbagai aktifitas dan pekerjaan tidak penting dilakukan karena waktu yang ada cukup berlimpah.
Bagi entrepreneur dan karyawan yang memiliki tujuan karir yang kuat, menyia-nyiakan waktu adalah merupakan kebiasaan yang buruk dan sangat dihindari. Namun sebagian besar pengusaha pada dasarnya pernah menjadi karyawan yang bekerja mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore, dan banyak yang setelah menjadi pengusaha terjebak kedalam jadwal yang sama. Banyak diantaranya yang menyadari bahwa sebenarnya ini adalah kesepakatan sosial kolektif warisan zaman dulu yang merupakan pendekatan kerja untuk mendapatkan hasil berdasarkan kuantitas, namun masih belum berhasil keluar dari kebiasaan tersebut meskipun sudah memiliki pilihan keleluasaan waktu.
Timothy Ferris dalam bukunya mengatakan “Kamu tidak membutuhkan 8 jam per hari untuk menjadi miliuner, apalagi untuk mempunyai sarana dan fasilitas hidup seperti miliuner. Delapan jam per minggu barangkali sudah berlebihan.” kata Tim. Lebih lanjut dia mengatakan “Saya tahu mungkin kamu merasa seperti yang saya rasakan dulu, bahwa pokoknya waktu dalam sehari tidak cukup” lanjutnya.
Menurut Tim, beberapa hal berikut bisa menjadi pertimbangan. Karena kita mempunyai 8 jam untuk diisi, maka kita isilah 8 jam tersebut. Seandainya kita memiliki 15 jam maka kita juga akan mengisi 15 jam tersebut. Nah, tetapi jika kita menemukan keadaan darurat dan harus meninggalkan kantor 2 jam lagi padahal masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, maka secara ajaib kita mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut dalam waktu 2 jam.
Hal-hal tersebut berhubungan dengan sebuah hukum yang bernama Hukum Parkinson. Hukum Parkinson mengatakan bahwa suatu tugas akan membengkak (dalam persepsi) pada tingkat kepentingannya dan kerumitannya sebanding dengan waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikannya.
Itulah keajaiban batas waktu penyelesaian yang mepet. Kalau klien atau pimpinan memberikan kamu waktu 24 jam untuk menyelesaikan proyek maka tekanan waktu memaksa kita fokus pada pengerjaan proyek tersebut dan kita tidak akan mempunyai pilihan lain kecuali mengerjakan hanya yang penting saja. Jika klien atau pimpinan memberikan waktu satu minggu untuk menuntaskan prject yang sama tersebut itu sama saja dengan menghabiskan enam hari untuk membesar-besarkan urusan sepele, dan kita terjebak pada hal-hal yang tidak penting. Nah, kalau pimpinan atau klien memberikan waktu dua bulan maka itu akan menjadi monster mental yang merusak banyak hal.
Ada dua pendekatan sinergis untuk meningkatkan produktifitas yang merupakan kebalikan satu sama lain. Pertama, batasi tugas-tugas pada hal-hal yang penting untuk mempersingkat waktu kerja, ingat hukum pareto bahwa 20% pekerjaan berkontribusi pada 80% hasil, sedangkan 80% pekerjaan hanya berkontribusi pada 20% hasil. Identifikasi mana yang penting dan mana yang hanya remah-remah pemakan waktu. Kedua, persingkat waktu kerja untuk membatasi tugas-tugas pada yang penting, seperti dalam hukum Parkinson.
Selamat bekerja, selamat menjadi produktif.
1 comment
[…] kembali oleh tim dan individu yang berbeda. Ini tidak hanya menjadikan hal tersebut sangat efisien dalam hal kecepatan, tetapi juga membantu tim pemberdayaan penjualan untuk lebih mudah melakukan […]